Kuambil lembaran kertas dari bukukuyang sengaja kukosongkan untuk menuliskan namamu.
Menyusunnya bersama riuh daun yang
meranggas di musim kemarau,
meringkasnya dengan mimpi murni yang
terperangkap rinai-rinai hujan.
Meski rapuh dan kuyup,
kekasih,
sungguh tak akan berhenti kukais dan kueja
dengan tabah abjad demi abjadmu.
Barangkali akan hadir makna yang lebih indah
dari udara yang kita hela bersama di teras itu.
- Verrel Argo Baldi, 30 Desember 2014
Menulis namamu
Related Posts:
Ibu, lihatlah akuIbu, aku harap kau masih dapat melihatku. Ini anakmu yang dulu suka merengek karena kelaparan dan tidak mampu makan sendiri. Yang dini hari suka sekal… Read More
Surat waktuTentang penghabisan itu, karangan bunga aster, tentang surat-surat yang kamu terima. Di teras rumah, termangu. Matamu sembab, airmata menderai sampai … Read More
Bunga kecil kepada lebahSemalaman aku membuat puisi ini untukmu. Mengenai bunga kecil di pinggir danau, yang tampak layu, namun belum kering. Karena ada yang tidak biasa. Di… Read More
Menulis namamuKuambil lembaran kertas dari bukukuyang sengaja kukosongkan untuk menuliskan namamu. Menyusunnya bersama riuh daun yang meranggas di musim kemarau, me… Read More
KliseMemburu, mencari ruang, waktu, rasa, yang dimuat dalam klise-klise. Mencucinya pada masa gelap, memandang seksama yang baru saja diambil. Sekarang bis… Read More
0 komentar:
Posting Komentar