Minggu, 21 Desember 2014

Bunga kecil kepada lebah

Semalaman aku membuat puisi ini untukmu.
Mengenai bunga kecil di pinggir danau,
yang tampak layu,
namun belum kering.
Karena ada yang tidak biasa.

Diam - diam ia menitipkan doa yang sama kepada matahari yang mengambang tenang diatas kepalanya.
Menitipkan harapan yang sama kepada ribuan rintik hujan.
Rindu yang sama kepada malam - malam bening.
Menunggu yang tak terjawab.

Mengenai lebah yang sudah pergi,
terbang melayang jauh,
bercumbu dengan siut - siut angin.
Belaian kaki kecilnya yang paling lembut,
dengungannya yang paling merdu,
puisi cinta yang dibisikkannya.

Yang diam - diam mengajarinya tentang perasaan,
tentang kecemasan,
tentang percakapan dengan orang yang disayangi.
tentang perpisahan.

Ia yang tidak bisa berlari mengejar,
yang tidak bisa terbang mendekat,
lantas selalu menjadi bunga kecil di danau itu.
Menjadi cinta yang tetap meski tampak layu.

Kekasih,
aku sebenarnya ingin kamu melihat bunga di pinggir danau itu saat kamu pulang,
melihat bahwa terkadang cinta hidup demi sesuatu yang janggal.
Namun bunga itu mungkin sudah mati ketika kamu pulang.
Tetap datangilah kuburannya,
kamu akan menemui aku yang tetap dan tidak layu disana.

- Verrel Argo Baldi, Desember 2014 - 

0 komentar:

Posting Komentar