Jumat, 20 November 2015

Ketaksaan


Di antara diam dan debur;
Aku mercusuar, dan kamu melayar jauh.

Aku akan sibuk sendiri bergeming.
Mengakar di ujung tebing,
menabahkan diri pada batu-batu.
Temaram di antara kabut
tak henti-hentinya mengeja kegetiran.

Sementara kamu akan lebih sibuk melawan badai,
tak peduli kelukur lama masih basah;
belatung mengerubung meminum nanah.
Menguras genangan di geladak,
tarik-ulur tali layar.
Mencari tempat baru untuk memulai.

Aku dan kamu sama-sama taksa.
Kamu berbahasa ombak,
aku berbahasa karang.
Tak perlu lelah berusaha untuk mengerti,
memang sudah berbeda.

Rangkul dan ampuni saja

Siapa tahu dalam bertahun-tahun,
dalam mimpi-mimpi yang terus berulang;
ketika telah diselimuti lumut dan rapuh,
kita akhirnya akan mengerti satu makna yang sama.

Ada dan tiada hanyalah masalah dualisme.

- Verrel  Argo Baldi, 21 November 2015

Related Posts:

  • Sore tak lagi jinggaSore ini kau mengajakku lagi ke sebuah bukit. Kita biasa datang kesini. Hampir setiap hari. Bercanda, tertawa, berbaring diatas rumputnya. Menikmati j… Read More
  • Menjadi akuDipinggir jalan, dipayungi oleh lampu jalan, kita menengadah ke langit malam ini. Ada pameran lukisan yang dipertontonkan oleh bintang - bintang itu.… Read More
  • Sebuah keinginanAku ingin melihatmu bahagia. Menjadi daun kering terakhir di senja itu, berbesar hati meninggalkan pohon yang tak lagi membutuhkannya, bersama angin. … Read More
  • Bunga kecil kepada lebahSemalaman aku membuat puisi ini untukmu. Mengenai bunga kecil di pinggir danau, yang tampak layu, namun belum kering. Karena ada yang tidak biasa. Di… Read More
  • Surat waktuTentang penghabisan itu, karangan bunga aster, tentang surat-surat yang kamu terima. Di teras rumah, termangu. Matamu sembab, airmata menderai sampai … Read More

1 komentar:

  1. hei...asyik nih blognya...


    salam

    sila kunjung balik ya

    www.insomniakronika.blogspot.com

    BalasHapus